Semasa sekolah, tentu kita pernah
diajarkan tentang semboyan Ki Hajar Dewantara bukan? Mungkin dari
sebagian dari kita pun sudah lupa semboyan tersebut atau ada pula yang
masih ingat semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Tut Wuri Handayani (dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing
madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan,
seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).
Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita. Ketiga
semboyan ini, mengambarkan bahwa guru atau pendidik diasosiasikan
sebagai orang yang memiliki tugas mulia mengabdi kepada bangsa dalam
mencerdaskan masyarakat.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru
mempunyai peranan penting dalam suatu negara. Di Indonesia sendiri guru
dikenal dengan julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Begitu pula
profesi guru mendapat perhatian lebih yaitu dengan dengan adanya
undang-undang yang mengatur tentang profesi keguruan. ‘Dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang
memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa
tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh
UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya.
Peraturan yang dibuat pemerintah ini bukan tanpa alasan. Pemerintah
dengan kebijakan mengenai guru bertujuan untuk memperbaiki kualitas guru
karena selama ini kualitas guru dipandang masih rendah.
‘Keterpurukan
mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation
Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut
Badan PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun
2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education development
index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei
Darussalam (0.965).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga
tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing Indonesia
menurut Wordl Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131
negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti
Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah
komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat
dilihat dari kelayakan guru mengajar’. [1]
Kita semua sepakat
bahwa kualitas guru sangat menentukan mutu pendidikan kita. Tanpa guru
yang profesional dan berkualitas dalam mengajar sulit untuk mencapai
mutu pendidikan yang baik. Guru yang berkualiatas adalah guru yang dalam
gaya mengajarnya dikelas dapat diterima dan dipahami oleh para siswa
ketika menyampaikan pelajaran. Tentu kondisi pembelajaran dikelas akan
efektif dan kondusif bagi para siswa. Hal ini akan memberikan efek
secara tidak langsung akan mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar
para siswa.
Guru yang Baik
# Is fair and has good discipline
Seyogyanya guru memiliki disiplin dalam segala hal. Sebelum guru menuntut para siswanya untuk disiplin, sang gurulah yang terlebih dahulu memiliki sikap disiplin dalam dirinya.
# Has a good sense of humour/ smile
selalu menebar senyum kepada setiap siswa. Supaya guru dapat disenangi dan disukai oleh para siswanya sehingga akan membuat para siswa senang untuk belajar.
# Is intelligent/knows the subject
Seorang guru harus memiliki kecerdasan intelektual dalam mengajar di kelas. Dengan kecerdasan intelektual guru dalam mengajar, para siswa mendapat sumber pengetahuan dari guru. Dalam hal ini istilahnya biasa kita sebut dengan “ Transfer of Knowledge”. Namun, perlu diketahui pula bahwa kecerdasan intelektual tidak serta merta berdiri tunggal. Artinya harus diimbangi dengan kecerdasan moral.
Jika kecerdasan intelektual tidak diiringi dengan kecerdasan moral maka akan menghasilkan output siswa yang lebih mementingkan aspek kuantitas atau mementingkan keberhasilan ketimbang proses atau kualitasnya.
Segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus plagiarisme (menjiplak karya tulis ilmiah milik orang lain) dan korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
# Set a good example
Menjadi contoh yang baik bagi para siswanya. Memberikan contoh suri teladan karena bagaimana pun juga guru adalah seorang yang mengemban misi menjadikan para siswanya kelak menjadi generasi muda yang menjunjung tinggi aspek moral dan berkarakter.
# Always helps people having difficulties
Seorang guru harus peka terhadap setiap permasalahan para siswanya di kelas. Kerap kali siswa mengalami hambatan dan kesulitan dalam proses belajar dan hambatan dalam memahami serta menangkap pelajaran. Untuk itu guru harus memiliki kepekaan terhadap siswa yang mengalami hal tersebut dan selalu bersedia membantu mereka yang mengalami kesulitan belajar.
# Gives incentives, reward or house points says “well done”
Memberikan insentif berupa penghargaan ataupun sekedar mengatakan “kamu melakukan tugas dengan baik” kepada siswanya. Hal ini akan membuat siswa merasa bersemangat dan termotivasi untuk belajar dan berprestasi di kelas.
# Is kind/patient
Sebagai seorang pendidik hendaknya memiliki sikap ramah terhadap setiap siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Agar tercipta suasana belajar para siswa menjadi santai dan menyenangkan serta tidak tertekan selama belajar di kelas.
# Understands/respects everyone as an individual
Selalu mengerti, memahami, dan dan selalu peduli terhadap perkembangan belajar setiap siswa. Memberikan dorongan kepada semua siswa untuk terus belajar dan berprestasi.
# Doesn.t give up/ believes in everyone
Guru juga harus memberikan suatu dukungan kepada setiap siswa ketika menghadapi suatu hambatan dalam belajar dan selalu percaya kepada setiap siswa bahwa mereka adalah murid-murid yang memiliki potensi besar untuk berkembang dan maju.
Menata Reformasi Sistem Pembelajaran di Kelas
Menurut penulis, yang dapat menentukan keberhasilan guru dalam meningkatkan belajar dan prestasi siswa di kelas yaitu, kualitas pola pembelajaran guru. Kualitas yang bersinergi dengan ruang kebebasan bagi para peserta didik untuk melakukan kreativitas dan menciptakan inovasi-inovasi dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Disini guru tidak lagi pilih kasih terhadap anak-anak yang pintar dan anak yang kurang pintar. Betapa ironisnya jika sang guru di Zaman sekarang ini masih saja berbuat pilih kasih dan tidak memberi perhatian secara merata kepada siswa-siswanya. Itu namanya bukan mencerminkan sifat guru sejati. Malah ia telah mendeskreditkan dan mengesampingkan hak asasi siswa untuk mendapatkan pelayanan pengajaran yang adil. Guru yang seperti itu tidak layak disebut sebagai guru, apalagi guru bangsa. Hanya berselimut gelar sebagai pahlawan ‘pencerdasan bangsa’ tetapi tindakan dan hasil pengajarannya berselimut ‘kejahatan semu’ terhadap perkembangan belajar siswa.
Para pendidik atau guru pun tak luput dari sorotan dan keterlibatan dalam ketertindasan pendidikan yang mengekang kebebasan kreativitas dan daya inovatif para siswa. Betapa tidak, kebanyakan gaya mengajar para pendidik di Indonesia khususnya sekolah formal tanpa disadari telah melahirkan budaya”silent” bagi para siswa. Mengapa dapat dikatakan seperti itu? Karena para pendidik menerapkan gaya mengajar klasikal, monoton, membosankan, dan berpusat pada guru. Memandang gurulah yang paling tahu dan pintar dalam pembelajaran. Tidak hanya itu culture domination pun kerap kali mewarnai proses kegiatan belajar mengajar di kelas oleh para pendidik. Para pendidik tersebut dianggap telah gagal menjalankan fungsinya sebagai guru yaitu mendidik para siswanya. Setiap siswa memang memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda serta gaya belajarnya yang berbeda-beda pada masing-masing anak. Untuk itulah disini sang guru harus dituntut mempunyai keahlian dalam mengahadapi para murid. Yaitu keahlian untuk dapat mereformasi sistem pembelajaran di kelas ke arah yang lebih baik.
Sudah saatnyalah kini guru-guru Indonesia untuk terus berpacu memperbaiki mutu kualitas SDM dalam mengajar dan menata sistem pembelajarannya di kelas. Melaksanakan dan menanamkan semboyan yang telah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu pertama Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).Dari depan seorang guru harus memberikan suri teladan dan contoh yang baik kepada peserta didiknya melalui perilaku dan tindakannya selama kegiatan belajar mengajar dikelas.
Kedua, Ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide). Disini guru harus dapat menciptakan inovasi-inovasi dan ide baru dalam mengajar sehingga dengan inovasi tersebut dapat memacu dan meningkatkan mutu dan prestasi siswa.
Ketiga, Tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Guru dituntut harus dapat memberikan dorongan apabila ada siswa yang memerlukannya. Guru harus memiliki kepekaan terhadap siswanya yang mengalami masalah dalam pembelajarannya. Kemudian selain mendorong meningkatkan motivasi belajar siswa guru juga diharapkan dapat memberikan arahan. Mengarahkan siswa-siswanya tanpa pilih kasih dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi harmonisasi di antara semua peserta didik. Tidak ada yang merasa terdiskriminasi, tidak ada yang lebih dominan, dan tidak ada yang direndahkan ataupun merasa ditinggikan. Dengan arahan yang bijak, semua siswa akan merasa mendapatkan porsi pelayanan pengajaran yang adil dan merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka.
0 komentar:
Post a Comment